Assalamu’alaikum Wr. Wb. ukhti..
Nama saya Sarah Audia Hasna. Saya
mendapatkan info tentang Mari Berhijab dari teman saya, waktu baca
cerita pengalaman memakai hijab, saya menjadi tergerak untuk sharing
juga.
Saya memutuskan untuk benar-benar memakai
jilbab pada 9 Mei 2011, panjang sekali perjalanan saya sampai akhirnya
memantapkan hati memakai jilbab..
Saya dilahirkan sebagai WNI keturunan
arab, ayah saya arab jawa, mama saya arab betawi. Dari kecil saya
dididik untuk memiliki fondasi agama Islam yang kuat. Sejak kecil saya
sudah diajari mengaji di TPA, sholat 5 waktu, namun tidak diharuskan
untuk berjilbab. Ibu dan tante-tante saya tidak ada yang memakai jilbab
walaupun kami keturunan arab, tapi keluarga ibu saya sangat modern.
Saya disekolahkan di sekolah umum, saya
mulai bergaul dengan teman-teman saya waktu itu. Kami membentuk geng di
sekolah kami dari SMP sampai SMA, geng cewek berseragam ketat dan rok
mini, anggota modern dance, bahkan saya termasuk ketua grup modern dance
kami. Jika kami sedang pentas, kostum kami saat itu sering yang minim
bertanktop ria,rok mini, Masya Allah, saya malu kalau ingat jaman
jahiliyah dulu. Saya sering dimarahi papa mama karena pakaian saya, tapi
waktu itu namanya juga anak ABG saya pun cuek bebek.
Tahun 2004 alhamdulillah saya diterima
sebagai mahasiswa kedokteran di FK Universitas Negeri ternama di
Yogyakarta. Saya pun mulai aktif kuliah, waktu di perkuliahan saya
sering ditegur karena pakaian saya yang ketat, rok saya yangg mini, dan
keengganan saya untuk mengikuti acara-acara kajian agama Islam di
kampus.
Saya malah makin aktif membentuk grup modern dance baru.
Hari-hari di kampus terus berjalan, saya tidak pernah berpikir akan
memakai jilbab di usia muda. Bahkan saya menetapkan usia 50 tahun untuk
memakai jilbab, (padahal belum tentu umur saya sampai segitu). Banyak yg
heran sama saya, ini kok cewek arab tapi bajunya kayak gini, sholat sih
sholat tapi kok berpakaiannya kayak gini.
Sampai suatu ketika saat saya sedang
koass (sarjana kedokteran yang sedang mendalami pendidikan klinis di
RS), tiba-tiba ada seorang bapak dengan demam berdarah, yang ketika
masuk RS baik-baik saja. Namun 2 hari kemudian mengalami kondisi yang
darurat. Saya jaga sendirian waktu itu, saya berusaha mengatasi
kegawatdaruratan bapak itu, sampai akhirnya senior saya membantu. Namun
pada akhirnya nyawa bapak itu tidak tertolong.
Dan ketika itu juga saya tidak bisa tidur
malamnya, saya menangis sejadi-jadinya bukan karena saya merasa gagal
karena itu takdir. Tapi tiba-tiba saya menyadari kekhilafan saya selama
ini, dan tiba-tiba saya terpikir tentang KEMATIAN. Setelah ini saya
takut sekali jika mati dalam keadaan aurat saya masih terumbar dan amal
ibadah saya yang masih minim.
Setelah itu saya mulai coba-coba memakai
jilbab, masih lepas pakai.saya mulai aktif di kegiatan pengajian.
Tunangan saya sangat mendukung apalagi tunangan saya itu background
keluarga dengan keyakinan Islam yang kuat karena keluarga pesantren.
Sampai saya sudah praktek menjadi dokter, jika jalan-jalan keluar saya
suka memakai jilbab.
Tapi ketika di Rumah sakit saya belum
pakai karena Rumah Sakit tempat saya berkerja mayoritas non muslim, saya
waswas jika karir terhambat. Selain itu saya juga masih gemar gonta
ganti cat rambut dan model rambut, saya masih suka pakai setelan-setelan
rok yangg tidak mungkin saya pakai lagi jika memakai jilbab.
Malam 8 mei 2011, saya membaca sebuah
buku tentang fiqih, ada sebuah cerita dimana ada seorang wanita mesir
berpakaian seronok, berambut merah mengalami kecelakaan bis, dan mati
seketika dalam keadaan aurat terumbar kemana-mana, sholat jarang, dan
tidak pernah mengaji. Naudzubillah, saya kembali tidak bisa tidur dan
memikirkan jilbab.
Akhirnya pagi 9 mei 2011, dengan tekad
bulat saya memutuskan untuk berhijab, disambut dengan ayah saya yang
sangat bahagia melihat saya berhijab.
Ujian demi ujian melanda saya yang baru
menjalani hari-hari pertama memakai hijab ke kantor, saya merasa ada
beberapa pandangan sinis tidak suka dan komentar tidak enak. Belum lagi
di keluarga om dan tante saya yang sangat modern yang mengatakan wajah
saya sangat aneh jika memakai jilbab, lebih terlihat tua dibanding umur
saya yang seharusnya.
Bahkan ada yang mengatakan dengan sangat
pedas membuat saya sering menangis sendiri. Bahkan teman-teman lama saya
merasa asing dengan saya yang sekarang.
Bulan demi bulan saya lewati dengan
jilbab saya yang semakin rapi, Alhamdulillah ada saja keringanan dan
kemudahan untuk saya. Saya akan dipindahkan ke bagian yang lebih
menantang ilmu saya di bidang kedokteran. Rezeki Alhamdulillah datang
terus sampai saya bisa membiayai uang masuk kuliah adik saya.
Semakin lama saya merasa semakin tenang
dan nyaman dengan jilbab ini, saya merasa lebih sabar. Lebih rajin
sholat 5 waktu di awal waktu, sholat sunah, mengaji, belajar tentang
Islam lebih mendalam. Dulu impian saya jika menikah nanti ingin memakai
sanggul dan kebaya gaun model Anne Avantie, tapi sekarang saya ingin
menutup rapat aurat saya saat menikah dan aurat saya seutuhnya hanya
untuk suami saya nanti.
Itulah kisah saya, semoga bermanfaat, dan do’akan tetap istiqomah. Wassalam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar