Kamis, 06 Desember 2012

Perjalanan Panjang Untuk Berhijab

Assalamu’alaikum Wr. Wb. ukhti..
Nama saya Sarah Audia Hasna. Saya mendapatkan info tentang Mari Berhijab dari teman saya, waktu baca cerita pengalaman memakai hijab, saya menjadi tergerak untuk sharing juga.
Saya memutuskan untuk benar-benar memakai jilbab pada 9 Mei 2011, panjang sekali perjalanan saya sampai akhirnya memantapkan hati memakai jilbab..
Saya dilahirkan sebagai WNI keturunan arab, ayah saya arab jawa, mama saya arab betawi. Dari kecil saya dididik untuk memiliki fondasi agama Islam yang kuat. Sejak kecil saya sudah diajari mengaji di TPA, sholat 5 waktu, namun tidak diharuskan untuk berjilbab. Ibu dan tante-tante saya tidak ada yang memakai jilbab walaupun kami keturunan arab, tapi keluarga ibu saya sangat modern.
Saya disekolahkan di sekolah umum, saya mulai bergaul dengan teman-teman saya waktu itu. Kami membentuk geng di sekolah kami dari SMP sampai SMA, geng cewek berseragam ketat dan rok mini, anggota modern dance, bahkan saya termasuk ketua grup modern dance kami. Jika kami sedang pentas, kostum kami saat itu sering yang minim bertanktop ria,rok mini, Masya Allah, saya malu kalau ingat jaman jahiliyah dulu. Saya sering dimarahi papa mama karena pakaian saya, tapi waktu itu namanya juga anak ABG saya pun cuek bebek.
Tahun 2004 alhamdulillah saya diterima sebagai mahasiswa kedokteran di FK Universitas Negeri ternama di Yogyakarta. Saya pun mulai aktif kuliah, waktu di perkuliahan saya sering ditegur karena pakaian saya yang ketat, rok saya yangg mini, dan keengganan saya untuk mengikuti acara-acara kajian agama Islam di kampus.
Saya malah makin aktif membentuk grup modern dance baru. Hari-hari di kampus terus berjalan, saya tidak pernah berpikir akan memakai jilbab di usia muda. Bahkan saya menetapkan usia 50 tahun untuk memakai jilbab, (padahal belum tentu umur saya sampai segitu). Banyak yg heran sama saya, ini kok cewek arab tapi bajunya kayak gini, sholat sih sholat tapi kok berpakaiannya kayak gini.
Sampai suatu ketika saat saya sedang koass (sarjana kedokteran yang sedang mendalami pendidikan klinis di RS), tiba-tiba ada seorang bapak dengan demam berdarah, yang ketika masuk RS baik-baik saja. Namun 2 hari kemudian mengalami kondisi yang darurat. Saya jaga sendirian waktu itu, saya berusaha mengatasi kegawatdaruratan bapak itu, sampai akhirnya senior saya membantu. Namun pada akhirnya nyawa bapak itu tidak tertolong.
Dan ketika itu juga saya tidak bisa tidur malamnya, saya menangis sejadi-jadinya bukan karena saya merasa gagal karena itu takdir. Tapi tiba-tiba saya menyadari kekhilafan saya selama ini, dan tiba-tiba saya terpikir tentang KEMATIAN. Setelah ini saya takut sekali jika mati dalam keadaan aurat saya masih terumbar dan amal ibadah saya yang masih minim.
Setelah itu saya mulai coba-coba memakai jilbab, masih lepas pakai.saya mulai aktif di kegiatan pengajian. Tunangan saya sangat mendukung apalagi tunangan saya itu background keluarga dengan keyakinan Islam yang kuat karena keluarga pesantren. Sampai saya sudah praktek menjadi dokter, jika jalan-jalan keluar saya suka memakai jilbab.
Tapi ketika di Rumah sakit saya belum pakai karena Rumah Sakit tempat saya berkerja mayoritas non muslim, saya waswas jika karir terhambat. Selain itu saya juga masih gemar gonta ganti cat rambut dan model rambut, saya masih suka pakai setelan-setelan rok yangg tidak mungkin saya pakai lagi jika memakai jilbab.
Malam 8 mei 2011, saya membaca sebuah buku tentang fiqih, ada sebuah cerita dimana ada seorang wanita mesir berpakaian seronok, berambut merah mengalami kecelakaan bis, dan mati seketika dalam keadaan aurat terumbar kemana-mana, sholat jarang, dan tidak pernah mengaji. Naudzubillah, saya kembali tidak bisa tidur dan memikirkan jilbab.
Akhirnya pagi 9 mei 2011, dengan tekad bulat saya memutuskan untuk berhijab, disambut dengan ayah saya yang sangat bahagia melihat saya berhijab.
Ujian demi ujian melanda saya yang baru menjalani hari-hari pertama memakai hijab ke kantor, saya merasa ada beberapa pandangan sinis tidak suka dan komentar tidak enak. Belum lagi di keluarga om dan tante saya yang sangat modern yang mengatakan wajah saya sangat aneh jika memakai jilbab, lebih terlihat tua dibanding umur saya yang seharusnya.
Bahkan ada yang mengatakan dengan sangat pedas membuat saya sering menangis sendiri. Bahkan teman-teman lama saya merasa asing dengan saya yang sekarang.
Bulan demi bulan saya lewati dengan jilbab saya yang semakin rapi, Alhamdulillah ada saja keringanan dan kemudahan untuk saya. Saya akan dipindahkan ke bagian yang lebih menantang ilmu saya di bidang kedokteran. Rezeki Alhamdulillah datang terus sampai saya bisa membiayai uang masuk kuliah adik saya.
Semakin lama saya merasa semakin tenang dan nyaman dengan jilbab ini, saya merasa lebih sabar. Lebih rajin sholat 5 waktu di awal waktu, sholat sunah, mengaji, belajar tentang Islam lebih mendalam. Dulu impian saya jika menikah nanti ingin memakai sanggul dan kebaya gaun model Anne Avantie, tapi sekarang saya ingin menutup rapat aurat saya saat menikah dan aurat saya seutuhnya hanya untuk suami saya nanti.
Itulah kisah saya, semoga bermanfaat, dan do’akan tetap istiqomah. Wassalam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar