Assalamualaikum…
Perkenalkan nama saya Tsurayya Zahirah
atau biasa dipanggil ‘Aya’. Alhamdulillah saya terlahir dari keluarga
muslim yang mayoritasnya menggunakan hijab. Sejak kecil pemandangan
orang-orang menggunakan hijab sudah sering saya temui.
Tapi kedua orangtua saya tidak lantas
secara tersurat memintanya. Mereka hanya berusaha memperkenalkannya
saja. Bahkan ada beberapa foto masa kecil saya saat mengenakan hijab
yang pastinya dipakaikan oleh kedua orangtua. Mungkin itu salah satu
cara mereka untuk memperkenalkan hijab kepada saya: ‘tanpa sebuah
paksaan’.
Memasuki usia SD, saya mengenal beberapa
teman yang menggunakan hijab. Pada saat itu hanya sebagian kecil saja
teman yang sudah menutup auratnya diusia sebelum balig. Ada beberapa
teman dekat yang membuat saya kagum karena kecantikannya setelah
menggunakan hijab, tuturnya pun halus dan lembut. Entah tepatnya sejak
kapan saya ‘mencoba’ menggunakan hijab.
Saya katakan ‘mencoba’ karena pada usia
saya yang relatif masih kecil sedang berada dimasa pencarian jati diri
dan mencari kenyamanan. Lucunya, jaman saya SD masih jarang sekali
ditemukan rok dan baju seragam panjang, sehingga walau dengan hijab saya
tetap menggunakan rok dan baju seragam pendek.
Suatu saat (masih duduk di bangku SD
juga) saya pernah ‘ngambek’ kepada ibu. Tahu sendiri kan, kalau anak
kecil sudah ‘ngambek’ pasti ada saja yang dia lakukan. Dan, entah apa
alasannya akhirnya saya berangkat ke sekolah tanpa menggunakan hijab.
Sebenarnya trend lepas-pasang hijab sudah sering terjadi pada
teman-teman saya. Apalagi di usia kami yang memang masih belum wajib
menggunakan hijab. Tapi tetap saja ada beberapa teman yang kaget dengan
perubahan saya. Sampai ada teman yang sangat polos dan berkata: “Aya,
kenapa dilepas? Kamu cantik pakai hijab tau..”
Jujur kata-kata itu cukup menyentil saya
yang pada akhirnya memutuskan kembali berhijab ke sekolah. Diluar
sekolah saya tetap tidak menggunakan hijab. Namun ketika saya sedang
asyik bermain di salah satu mall (tanpa hijab), dan lagi-lagi ada
kejadian yang membuat saya berfikir lebih dalam tentang hijab. Saat itu
guru laki-laki saya yang kebetulan sedang berada di mall tersebut,
menyapa saya. Subhanallah, rasa malu di depan bukan muhrim itu ternyata
sudah hinggap dalam diri saya. Sejak itulah saya memutuskan: hijab
adalah ‘harga mati’ yang harus saya perjuangkan.
Sejak memutuskan memakai hijab, saya jadi
merasa lebih percaya diri, cantik, dan tentunya merasa lebih dekat
dengan-Nya. Saya berusaha menganggap menggunakan hijab tidak hanya
sebuah ‘kewajiban’ semata tapi juga ‘kebutuhan’. Inshaallah dengan
anggapan itu, kita akan sendirinya (refleks) merasa risih atau tidak
enak bertemu orang-orang yang bukan muhrim tanpa menggunakan hijab.
Hijab itu kuno? Siapa bilang? Apalagi
saat ini trend berhijab terbilang lebih modis dan unik (tentunya tidak
lepas dari syar’i yang ada). Saya pun tergoda untuk bereksperimen dengan
hijab dan sering browsing gaya-gaya hijab kemudian mempraktekkannya sendiri di depan kaca.
Efeknya disetiap kesempatan bertemu
dengan teman atau keluarga, pasti mereka minta diajarkan menggunakan
hijab yang modis. Alhamdulillah, itu bisa menjadi salah satu ladang
pahala yang mengalir, bukan?
Tapi yang perlu digarisbawahi menggunakan
hijab sejak SD tidak lantas membuat saya tinggi hati merasa jauh dari
dosa, karena manusia tidak ada yang lepas dari dosa dan khilaf. Saya pun
merasa banyak sekali hal yang masih harus diperbaiki. Inshaallah dengan
hijab justru saya berusaha belajar dan terus belajar untuk menjadi
pribadi yang lebih baik. Amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar